Sisa Makanan Dibuang Di Gunung Awas Dampaknya Ke Hewan Sekitar

Keberadaan manusia seolah berbanding lurus dengan masalah sampah. Semakin banyak manusia, semakin jauh dan dalam area yang bisa dieksplorasi, sejauh itulah kita menemukan sampah. Dalam keseharian, manusia terus menghasilkan sampah. Termasuk saat kita melakukan kegiatan luar ruang seperti pendakian. Disadari atau tidak, saat mendaki kita pun menghasilkan sampah organik maupun anorganik.

Dalam usaha mengurangi sampah anorganik, ada banyak hal yang coba dilakukan. Salah satunya, mengurangi makanan berkemasan. Tetapi, sering tidak disadari, pendaki pun banyak menghasilkan sampah organik. Salah satunya, sampah dari sisa makanan yang tidak terkonsumsi. Yang ternyata, keberadaan sampah ini berpengaruh pada perilaku hewan yang kita temui di hutan atau jalur pendakian.

Biasanya, ada sisa makanan (salah satunya) karena pengaruh ketinggian yang berdampak pada selera makan menurun. Akhirnya sisa makanan dibuang di gunung atau sekitar camp, dengan dalih sisa makanan itu adalah sampah organik, atau bisa untuk makanan hewan.

Namun tanpa disadari, ternyata hal ini berpengaruh pada perilaku hewan-hewan disekitar jalur pendakian tersebut. Entah itu babi hutan, burung, primata bahkan predator. Buktinya, semakin sering kita mendengar berita/informasi tentang sekelompok pendaki yang sedang berkemah, dan didatangi babi hutan atau monyet.

Kejadian ini cukup sering terjadi di Gn. Gede Pangrango, Gn. Ciremai dan Gn. Rinjani. Para hewan tersebut mendatangi tenda atau tumpukan sampah di sekitar camp untuk mencari makan.

Nah Eigerian, apapun alasannya, memberi makan hewan, sebaiknya semua jenis sampah tetap menjadi tugas kita sampai akhir ya. Baik itu sampah organik apalagi anorganik, sebaiknya tetap kita bawa turun kembali.

Coppy@IG.eiger.east